Senin, 14 Mei 2012

LAPORAN LENGKAP KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


BAB I
PENDAHULUAN

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.
Kromatografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi bergantung pada pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorbs, kromatografi partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah: partisi gas, partisi cairan yang menggunakan alas tak bergerak (misalnya kromatografi kolom), kromatografi kertas dan lapis tipis. Dalam tiap kasus terjadi  distribusi antara fase ‘cair’ yang terserap secara ‘stasioner’ dan zat-alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung; dalam kromatografi kertas pendukung itu adalah kertas atau kertas terolah, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastic. Hanya akan dibahas aspek-aspek yang dipilih dari kromatografi partisi pada selulosa dengan rujukan khusus ke analisis anorganik.
Maksud percobaan adalah untuk mengetahui metode penentuan kima secara kromatografi lapis tipis.
Tujuan percobaan adalah untuk memisahkan campuran senyawa fase dengan metode kromatografi lapis tipis dan untuk mengetahui nila Rf
Prinsip percobaan adalah adsorbs dan partisi dimana adsorbs adalah penyerapan pada pemulaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu saat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan.


BAB II
PEMBAHASAN

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan peramabatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan KLT dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada tahun (1938). Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis sepreti lempeng kaca, aluminium atau plat inert.
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai factor resensi, Rf:
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan:
a.    Kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina, keiselguhr)
b.    Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel)
c.    Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina penukat ion)
d.    Kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
Pada fase gerak, pada proses serapan, yang terjadi jika menggunakan silika gel, alumina dan fase diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan. System tak berair paling banyak digunakan dan contoh pelarut organik dalam seri pelarut mikroskop diberikan dalam Tabel 25, yang meliputi (sifat hidrofob menaik) methanol, asam asetat, etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform (perlu diperhatikan pada  kloroform yang distabilkan dengan etanol) benzene, sikloheksana, dan eter petroleum.
KLT mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1.    Waktu pemisahan lebih cepat
2.    Sensitive, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3.    Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.
Aspirin, phenacetin dan kofein (APC) sering digunakan dalam kombinasi sebagai sediaan antipiretik analgetik. Penentuan dan identifikasinya sangat penting yang dapat dilakukan secara kromatografi lapis tipis.
Prosedur di sini mengikuti Ganshirt dan Malzachur dan penyiapan lempeng sederahan menurut metode Less dan De Muria. Noda ditampakkan dengan semprotan permanganat dalam suasana asam, yang akan mengoksidasi senyawa sampel hingga menghilangkan warna permanganate.


BAB III
METODE KERJA
A.   Alat-alat yang digunakan
1.    Batang pengaduk
2.    Bejana KLT (chamber) + tutup
3.    Botol semprot
4.    Erlenmeyer
5.    Gelas kimia
6.    Gelas objek / plat KLT
7.    Isolasi
8.    Pipa kapiler
B.   Bahan-bahan yang digunakan
1.    Asam asetat glacial
2.    Asam kromat
3.    Asam sulfat
4.    Benzene
5.    Dietileter
6.    Kalium permanganate
7.    Kloroform
8.    Methanol absolute
9.    Sampel
10. Silika gel
11. Zat pembanding
C.   Cara kerja
1.    Penyiapan lempeng
1.1     Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
1.2     Dibersihkan 8 glas objek (25mm x 75mm) dengan larutan asam kromat. Kemudian asam sulfat, dibilas dengan air dan dikeringkan
1.3     Dibuat bubur, dari 3gram silika gel G dan 6 ml air diaduk dengan mortis.
1.4     Bubur yang sudah  jadi dilapiskan pada plat (glas objek) dengan menggunakan batang pengaduk dengan ketebalan sekitar 0,1mm sampai 0,3mm.
1.5     Dikeringkan, setelah kering dipindahkan glas objek ke oven dan diaktifkan pada suhu 1000C Selma 1 jam.
1.6     Plat atau lempeng yang sudah diaktifkan disimpan dalam desikator.
2.    Penyiapan pengembang kromatografi
2.1      Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2.2      Dipipet 1ml methanol absolute, 18,090 ml asetat glacial, 60,301ml, dietileter, dan 120,60ml benzene
2.3      Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dihomogenkan
2.4      Dimasukkan ke dalam chamber secukupnya
2.5      Dijenuhkan chamber dengan  menutup sambil digoyang kemudian didiamkan.
3.    Penotolan sampel
3.1      Disiapkan alat dan bahan
3.2      Sampel dilarutkan dalam kloroform 5-10mg/ml, kemudian ditotolkan pada ujung lempeng (kurang lebih 1,5cm dari ujung) menggunakan pipet halus (pipa kapiler untuk penentuan titik leleh). Diameter totolan boleh lebih dari 3cm.
3.3      Dianginkan sampai kering.
4.    Eluen dengan larutan pengembang
4.1      Disiapkan alat dan bahan
4.2      Lempeng yang sudah ditotol dengan sampel dimasukkan ke dalam chamber, kemudian ditutup dengan segera.
4.3      Setelah permukaan pelarut naik kurang lebih 5cm atau kira-kira 1cm dari ujung atas, diangkat lempeng dari chamber.
4.4      Diberi tanda posisi pelarut lalu dikeringkan di ujung
4.5      Dimasukkan ke dalam oven beberapa menit untuk menghilangkan pelarut organik.


URAIAN BAHAN
1.    Asam asetat (FI edisi III, hal 42)
Nama resmi                     : ACIDUM ACETICUM GLACIALE
Nama lain                        : Asam asetat glacial
Rumus molekul              : C­2H2O2
Berat molekul                 : 60,05
Pemerian                         : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, tajam, jika diencerkan dengan air, rasa asam
Kelarutan                                    : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                       : Zat tambahan
2.    Asam kromat (FI edisi III, hal 650)
Larutkan 84gram kromtrioksida P dalam 700ml air, tambahan 400ml asam sulfat P perlahan-lahan sambil diaduk.
3.    Asam sulfat (FI edisi III, hal 58)
Nama resmi                     : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain                        : Asam sulfat
Rumus molekul              : H2SO4
Berat molekul                 : 98,07
Pemerian                         : cairan kental seperti minyak, korosit, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                       : Zat tambahan
4.    Benzen (FI edisi III, hal 658)
Benzen P C6H6, cairan tidak berwarna, transparan mudah terbakar pemerian cairan transparan: tidak berwarna, mudah menyala.
5.    Coffeinum (FI edisi III, hal 175)
Nama resmi                     : COFFEINUM
Nama lain                        : kofein
Rumus molekul              : C8H10N4O2
Berat molekul                 : 194,19
Pemerian                         : serbuk hablur berbentuk jarum, meningkat biasanya menggumpal putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                                    : agak sukar larut dalam air dan etanol 95% P, mudah larut dalam kloroform P.
Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan                       : Stimulan saraf pusat kardiafik.
6.    Dietil eter (FI edisi III, hal 650)
Nama resmi                     : DIETIL ETER
Nama lain                        : Dieti, eter
Rumus molekul              : C2H5O
RJ                                     : 0,714 gram – 0,78 gram
Jarak didih                      : Tersuling sempurna pada suhu antara 340C dan 360C.
7.    Methanol (FI edisi III, hal 706)
Nama resmi                     : METANOLUM
Nama lain                        : methanol
Rumus molekul              : CHOH
Berat jenis                       : 0,796 – 0,798
Pemerian                         : Cairan jernih tidak berwarna, bau khas
Kelarutan                                    : Dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna.


Pembahasan
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fitokimia dengan adsorbs pada lapisan tipis adsorben dikenal dengan nama Thin Lager Chormatografi ( TLC). Prinsip kerja KLT adalah partisi dan adsorbs dimana aleum sebagai fase gerak dan lempeng KLT sebagai fase diam.
KLT sebagai salah satu metode instrumental yang sering digunakan, karena mempunayi keuntungan antara lain sebagai berikut :
1.    Peralatan yang diperlukan sedikit
2.    Waktu analisis yang cepat
3.    Hasil pemisahan lebih baik
4.    Daya pemisahan tinggi
5.    Pengerjaannya sederhana dan mudah
6.    Harganya terjangkau
Dalam praktikum yang telah digunakan fase gerak yaitu eluen dan terdiri dari methanol absolute, asam asetat glacial, dietil eter, dan benzene dengan perbandingan 1 : 18 : 60 : 120, dan fase diam digunakan lempeng KLT yang mana telah dilapisi dengan silika gel yang berfungsi sebagai penyerap atau penyangga atau sampel dan eluen. Sebelum lempeng yang dielusi dengan sampel dimasukkan kertas saring. Chamber yang berisi eluen yang akan merambat keluar melalui kertas saring. Alasan mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama agar noda yang dihasilkan sesuai dengan diinginkan.